Selasa, 26 Juni 2012

Jadwal 2012 !

No
Jenis Kegiatan
SMP
SMA
Keterangan
1.
Pendaftaran RSBI
20 Juni 2012 pkl. 08.00
s.d.
23 Juni 2012 pkl. 14.00
20 Juni 2012 pkl. 08.00
s.d.
23 Juni 2012 pkl. 14.00
Internet atau ke Sekolah
2.
Verifikasi
20 Juni 2012 pkl. 08.00
s.d.
23 Juni 2012 pkl. 12.00
20 Juni 2012 pkl. 08.00
s.d.
23 Juni 2012 pkl. 12.00
Untuk Luar Kota, Tahun Lalu dan Mutasi.
Internet atau ke Sekolah
3.
Pengambilan No Tes Rekomendasi
23 Juni 2012 pkl. 20.00
s.d.
25 Juni 2012 pkl. 20.00
23 Juni 2012 pkl. 20.00
s.d.
25 Juni 2012 pkl. 20.00
Untuk Luar Kota, Tahun Lalu dan Mutasi.
Internet atau ke Sekolah
4.
Tes Bahasa Inggris
26 Juni 2012
pkl. 08.00 s.d. pkl. 10.00
26 Juni 2012
pkl. 08.00 s.d. pkl. 10.00
Oleh : PTN
5.
Tes Matematika
26 Juni 2012
Pkl. 10.30 s.d. pkl. 12.30
26 Juni 2012
Pkl. 10.30 s.d. pkl. 12.30
Oleh : PTN
6.
Tes IPA
27 Juni 2012
pkl. 08.00 s.d. pkl. 10.00
27 Juni 2012
pkl. 08.00 s.d. pkl. 10.00
Oleh : PTN
7.
Pengumuman
29 Juni 2012 pkl. 08.00
29 Juni 2012 pkl. 08.00
Internet
8.
Daftar Ulang
29 Juni 2012 pkl. 09.00
s.d.
30 Juni 2012 pkl. 14.00
29 Juni 2012 pkl. 09.00
s.d.
30 Juni 2012 pkl. 14.00
Sekolah
9.
Tahun Ajaran Baru
9 Juli 2012
9 Juli 2012
Sekolah
10.
Pelaksanaan MOS
9 Juli 2012
s.d.
11 Juli 2012
9 Juli 2012
s.d.
11 Juli 2012
Sekolah

Sabtu, 23 Juni 2012

Kata Smalane

Aku lulus dari Unas 2010 dengan nilai 35,90. Bukan nilai yang menggembirakan, karena setelah mengecek di website PPDB (waktu itu masih bernama PSB) ternyata aku termasuk rata-rata bawah peraih nilai Unas di Surabaya. Sementara itu, banyak temanku yang mendapat nilai lebih tinggi daripadaku. Mustahil kalau aku tidak kecewa saat itu.

Aku tak pernah menetapkan SMA impian, bahkan setelah nilai Unas diumumkan. Dengan nilai segitu, aku paling-paling hanya akan diterima di sekolah biasa. Tapi aku sadar bahwa aku punya potensi lebih. Aku tidak akan puas ketika diterima di sekolah yang rata-rata saja, karena aku yakin bahwa aku sebenarnya bisa melakukan lebih daripada itu.

Tanpa ada bayangan apapun sebelumnya, aku mulai mencari tahu tentang sekolah favorit di Surabaya. Karena predikat favorit sering disamadengankan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, aku mulai mencari informasi tentang SMA-SMA RSBI. Aku sempat kecewa ketika diberitahu bahwa nilai minimal Unas untuk mengikuti tes RSBI adalah 36,00. Tapi untunglah segera setelah itu diumumkan bahwa nilai minimal untuk mengikuti RSBI sudah diturunkan menjadi 34,00. Artinya harapanku masih belum pupus.

Dari informasi yang kudapat, SMA yang paling diincar di Surabaya adalah SMA Negeri 5 Surabaya. Saat itulah pertama kalinya aku mulai mendengar nama itu (ya, benar-benar pertama kali). Aku bahkan tidak tahu di mana letak sekolah ini, seperti apa suasananya, atau seperti apa prestasinya yang dibangga-banggakan itu. Yang jelas, aku hanya tahu (atau diberi tahu) bahwa ini adalah sekolah terbaik yang bisa kumasuki.

Tentu saja memilih masuk Smala adalah pilihan nekat. Aku benar-benar buta dengan suasana persaingan saat itu. Aku tidak tahu siapa saja yang menjadi kompetitorku. Bahkan dengan tanpa sungkan-sungkan aku yang lulusan sekolah pinggiran mendaftar ke Smala. Sebagai catatan, sekolah RSBI waktu itu nyaris hanya diincar oleh jebolan SMP papan atas di Surabaya bahkan Jawa Timur. Aku sempat diragukan oleh satu-dua orang. Tapi sebagaimana watak orang Surabaya yang bondo nekat, aku cuek-cuek saja dengan itu.

Aku tak tahu seperti apa tes RSBI nantinya. Jangankan untuk tahu tentang try out, untuk dapat informasi soal RSBI saja aku bingung harus ke mana. Aku menolak ikut les atau intensif apapun. Praktis, satu-satunya andalanku adalah buku-buku soal yang kugunakan untuk belajar menjelang Unas. Dan lucunya lagi, aku merasa bahwa belajar dengan itu saja sudah cukup. Suatu kebodohan yang di kemudian hari benar-benar membuatku bersyukur. Karena ternyata hampir semua kompetitorku adalah mereka yang ikut try out dan menjalani les serta intensif-intensif. Di antara mereka pun banyak yang harus gugur.

Hari tes pun tiba. Dengan segala persiapan pas-pasan itu aku berangkat menuju tempat tes di salah satu SMA komplek (aku masih tidak tahu letak Smala waktu itu, kebacut kan?). Rasanya bak tersambar petir waktu membaca soal pertama di hari itu (kalau tidak salah waktu tes Matematika). Aku mencoba mengerjakan dengan apa yang sudah kupelajari sebelumnya. Dan alhamdulillah, ternyata ada beberapa yang masih bisa terjawab.

Saat keluar ruangan, aku merasa sudah kalah dalam usaha nekat ini. Aku melihat peserta-peserta tes lainnya. Aku melihat wajah-wajah yang penuh kepercayaan diri, berjalan menyusuri koridor sekolah menuju gerbang sambil membahas apa yang tadi sudah mereka kerjakan. Saat pulang dari tes RSBI, aku sudah jauh-jauh membuang pikiran untuk bersekolah di SMA terbaik di Surabaya. Bahkan sebenarnya aku tidak berniat membuka pengumuman hasil tes RSBI, kalau tidak karena penasaran. Aku memilih fokus untuk mencari sekolah lainnya.

Singkatnya, malam pengumuman tiba. Aku dengan setengah hati membuka website PSB dan menunggu pengumuman dengan setengah yakin (bahwa aku tidak akan diterima). Tapi aku bagaimanapun juga berusaha untuk menaruh sedikit harapan.

Saat hasil sudah diumumkan, aku terbelalak. Tulisan “DITERIMA DI: SMA NEGERI 5 SURABAYA” benar-benar susah dipercaya sampai aku me-reload (membuka ulang) halaman itu berkali-kali. Setelah aku yakin bahwa aku tidak salah baca, aku langsung bersujud syukur lalu memberitahu orang tuaku.

Aku terheran-heran sebenarnya, bagaimana aku bisa diterima? Tapi aku percaya ini tak lepas dari kehendak Yang di Atas. Apapun yang diberikan Tuhan, tak ada yang bisa merenggutnya sebagaimana tak ada yang bisa mengambil kembali apa yang telah direnggut-Nya.

Barulah saat daftar ulang aku pertama kali datang ke sekolah baruku ini. Gedung yang besar dan megah, juga suasana yang nyaman benar-benar tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Setelah gerbang masuk, sudah bertengger piala-piala yang besar ukurannya baru pertama kali kulihat. Di kemudian hari, aku baru tahu bahwa sekolah ini adalah salah satu sekolah terbaik di Indonesia. 

Aku bersyukur dan bangga telah menjadi bagian dari sekolah yang baru kukenal satu setengah bulan ini. Semua kekecewaan dan kenekatan itu terbayar lunas sekarang. Tapi jika kamu berpikiran bahwa ini adalah akhir dari kisahku, itu salah besar.
 
Selamat Datang Generasi Hebat Calon Pemimpin Peradaban

Kisah sebenarnya justru baru dimulai dari sini. Perisai 2010, sebuah ajang yang membuatku menanggalkan semua kebanggaan yang kurasakan sebelumnya. Ini adalah tempat bagi Smalane, warga salah satu almamater terbaik di Nusantara, mengenal hakikatnya sebagai calon pemimpin peradaban. Inilah titik nadir yang akan mengubah jalan hidup kami.

Hidup di Smala tidak akan lepas dari belajar. Bukan hanya di kelas, lab, atau perpustakaan. Bukan hanya nalar yang dididik di Smala, tapi juga moral dan karakter. Baik itu dalam pelajaran ataupun organisasi, semuanya akan memberimu pembelajaran-pembelajaran tak ternilai.

Jika kamu siap menjadi seorang calon pemimpin peradaban, jika kamu siap untuk merajut kisahmu yang luar biasa, maka jangan pernah berkecil hati untuk memilih Smala.

Be the leader, be Smalane!

Ditulis oleh
Antariksa Akhmadi XII IA-9 NIS. 17657

Jumat, 22 Juni 2012

SMALA..... Yakin Ta Kalo Aku Bisa?

SMA Negeri 5 Surabaya? Apa harapan dan targetku tidak terlalu muluk-muluk untuk seorang siswa dari SMP pinggiran seperti aku?

Aku berasal dari SMP yang muridnya memang terkenal nakal, lokasi di pinggiran, dan kalau hujan diliburkan karena banjir. Reputasi SMP ku memang tidak terlalu bagus. Tapi, aku tidak membiarkan keadaan seperti itu membuatku terpengaruh oleh lingkunganku. Aku terus dan terus berusaha untuk menjadi yang terbaik di sekolahku dulu, dan alhamdulillah meraih ranking 1 secara konstan.


Tiba saatnya saat kelas IX, saat penentuan ke arah mana kah aku akan membawa hidupku? Pilihan itu pun kujatuhkan kepada Smala saat aku memulai perjuanganku. Jujur saja, aku baru tahu kalau Smala itu keren saat aku kelas IX. Tapi saat aku mendengar kata ‘Smala’, aku tahu bahwa sekolah itu bukan sembarang sekolah, entah kenapa.


Kakak kelas angkatan atasku yang masuk Smala hanya 1 orang, dan ia adalah orang PERTAMA yang diterima di Smala dari SMP ku. Itu pun menjadi penyemangatku agar setidaknya aku harus bisa mewakili SMP ku di Smala pula, seperti halnya kakak kelasku.


Dan akhirnya, keputusanku sudah bulat. Aku HARUS masuk Smala.

“SMA NEGERI 5 SURABAYA, YES!”


Sejak H-108 kucorat-coret dinding di kamarku dengan spidol marker warna silver dengan tulisan itu, di sisi dinding yang kulihat saat aku berada di atas tempat tidurku. Tulisan itu besar, mengandung arti yang besar pula. Saat akan tidur kupandangi terus tulisan itu, mencoba membayangkan diriku yang sudah diterima di Smala dengan seragam putih biru, mengenakan pin Smala, dsb. Pasti rasanya menyenangkan bila mimpiku itu terwujud.


Aku menelusuri perjalanan selama setahun di kelas IX dengan berbagai manis pahitnya kenangan, hingga akhirnya aku memulai nafas di H-30 UNAS. Mulai hari itu hingga saat UNAS, aku terus berjuang sebisa mungkin agar aku mampu meraih nilai yang bagus dengan USAHA SENDIRI dan bisa membahagiakan orang tua nantinya. Bahkan aku harus merasa bahwa aku memang berusaha lebih kuat daripada orang lain.
Mengapa?


Karena saat SD aku gagal membuat orang tuaku naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan sebagai 10 peraih nilai UASBN tertinggi se-SD. Aku ingin membayarnya saat SMP ini.


Intensif UNAS sudah kujalani, berbagai bimbel kuhadiri, les privat pun kuikuti. Pelajaran yang paling tidak kusukai, yaitu Fisika, kutekuni dengan sangat. Berpuasa senin-kamis, Tahajjud setiap malam, semua usaha yang bisa kulakukan telah kulakukan. AKU INGIN BERHASIL! HARUS!
* * *
Saat UNAS, alhamdulillah aku mengerjakan semuanya sendiri. Meskipun memang hampir semua siswa di SMP ku melakukan kecurangan saat UNAS, alhamdulillah aku tidak. Aku harus percaya dengan kemampuanku.


Telah tiba saat pengumuman hasil UNAS. Jantungku berdebar bukan main, aku grogi saat menunggu pengumuman itu. Dan pada pukul setengah 11, guru Matematika SMP ku mengirimiku SMS. Isinya?
DETARA NABILA P.
NEM: 37,35
IPA: 9,75 MAT: 9,00 B. INDO: 8,80 B. INGGRIS: 9,80

Sontak aku meloncat dan bersujud syukur, berteriak kepada orangtuaku dan aku pun menangis, usahaku tidak sia-sia rupanya. Keputusanku untuk tetap berada di jalan kejujuran memang berhasil. JUJUR = MAKMUR! Dan alhamdulillah, aku adalah pencapai Nilai Akhir terbaik di SMP ku, akhirnya orang tuaku bisa memberikan pidato saat pembagian raport dan ijazah sebagai wakil dari pencapai NA tertinggi se-SMP. Kini tinggal satu perjuangan lagi yang harus kutempuh: TES RSBI! Ya, satu langkah lagi untuk bisa bersekolah di Smala.


Aku berjuang mati-matian demi itu, setiap hari kulalui dengan belajar, belajar, dan belajar. Les, persiapan untuk TOEFL untuk meningkatkan kemampuan berbahasa inggris, dan juga: TRY OUT PERSIAPAN RSBI SMALA.


Saat TO itu, aku mendapat ranking yang lumayan buruk, tapi masih tidak berada di bawah. 512 dari 2000an peserta. Aku sempat agak down, karena melihat opponent2 dari Spensa, Spensix, Spega, dsb yang memang adalah sekolah unggulan. Bandingkan dengan aku yang dari SMP pinggiran!


Tapi aku tidak membiarkan hal itu berlarut2 terlalu lama, aku mengikuti pembahasan yang juga diadakan Smala, meningkatkan porsi belajar dan latihan soal. Aku harus bisa! Karena ini kebutuhan, bukan kemauan.


Selain itu, saat perjuanganku menempuh usaha agar bisa masuk di Smala pun didukung oleh kakak2 yang berada di Smala yang bahkan sebelumnya belum aku kenal. Aku masih ingat kata2nya, “Aku tunggu kamu di Smala, dek.” Bagaimana aku bisa mengecewakannya? Aku harus bisa membuat kakak2 yang sudah mendukungku percaya kalau aku memang mampu.
* * *
Saat tes. Aku agak merasa tidak PD, karena soal Matematikanya lumayan, aku mengerjakan hanya mengandalkan nalar dan logika untuk memecahkan soal yang aku tidak tahu. Bahasa Inggris alhamdulillah lancar, IPA juga lumayan. Kini, yang bisa kulakukan hanyalah berdoa, berdoa, dan berdoa.


H-1 pengumuman. Ada isu bahwa hasil tes RSBI sudah keluar. Aku hanya bisa berdoa, dan berusaha untuk tidak memikirkannya agar tidak nervous. Aku menonton DVD di kamar karena saat itu sekeluarga pergi ke supermarket, tetapi pada jam setengah 10 malam tiba2 teman baikku menelepon aku.
Aku: “Ya, halo?”
Teman: “Eciye, anak Smala.”
A: “Ha? Apaan?”
T: “Haduh anak Smala nih gayaaa~”
A: “Lhe…” *speechless
T: “CIYE KETERIMA DI SMALA. SELAMAT YAAA. TRAKTIRAN DUMS.”
A: “HA SUMPAH SERIUS?!”
T: “IYAAA! Coba liaten ta di PPDB lak ada. Aih, anak Smala. Udahan ya, bye~”
Aku langsung menangis. Menangis. Bersujud syukur. Menangis dan membayangkan bagaimana reaksi orang tuaku ketika mengetahui hal ini. Aku coba mengecek di PPDB dan ada. Namaku ada. NAMAKU TERTERA SEBAGAI SISWA YANG DITERIMA DI SMA NEGERI 5 SURABAYA.


Spontan, aku langsung menelepon ayahku. Reaksi ayahku adalah menangis pula, terharu. Akhirnya aku berhasil. Ya, aku berhasil! Aku berhasil mencapai ambisi terbesarku selama berada di kelas IX ini! Tak ada yang tak mungkin, aku bahkan bisa mengalahkan anak2 dari SMP unggulan itu! Aku jadi agak menyesal, mengapa aku sempat minder dari mereka? Alhamdulillah aku ternyata memiliki kemampuan lebih, sekolah asal tidak selalu menentukan tingkat intelejensia seseorang.
* * *
Saat aku berbaring di atas kasur, aku kembali melihat tulisan besar di dinding kamarku itu. Aku tersenyum tiada henti. Kemudian, aku memutuskan untuk sedikit ‘memodifikasi’ tulisan itu. Aku memanjat ke atas lemariku, melingkari tulisan ‘SMA NEGERI 5’ itu, mencoretnya sebagai tanda hal itu sudah tercapai, dan menuliskan sesuatu di bawah lingkaran itu. Aku menatap tulisanku itu lama, dan tersenyum, lalu beranjak tidur dan segera membayangkan bagaimana saat aku menginjakkan kakiku di Smala sebagai siswa untuk pertama kalinya.

SMA NEGERI 5 SURABAYA, YES! MISSION ACCOMPLISHED! NEXT MISSION: KETERIMA JALUR UNDANGAN! AMIN!”


Ditulis Oleh :
Detha Prastyphylia.