Jumat, 22 Juni 2012

SMALA..... Yakin Ta Kalo Aku Bisa?

SMA Negeri 5 Surabaya? Apa harapan dan targetku tidak terlalu muluk-muluk untuk seorang siswa dari SMP pinggiran seperti aku?

Aku berasal dari SMP yang muridnya memang terkenal nakal, lokasi di pinggiran, dan kalau hujan diliburkan karena banjir. Reputasi SMP ku memang tidak terlalu bagus. Tapi, aku tidak membiarkan keadaan seperti itu membuatku terpengaruh oleh lingkunganku. Aku terus dan terus berusaha untuk menjadi yang terbaik di sekolahku dulu, dan alhamdulillah meraih ranking 1 secara konstan.


Tiba saatnya saat kelas IX, saat penentuan ke arah mana kah aku akan membawa hidupku? Pilihan itu pun kujatuhkan kepada Smala saat aku memulai perjuanganku. Jujur saja, aku baru tahu kalau Smala itu keren saat aku kelas IX. Tapi saat aku mendengar kata ‘Smala’, aku tahu bahwa sekolah itu bukan sembarang sekolah, entah kenapa.


Kakak kelas angkatan atasku yang masuk Smala hanya 1 orang, dan ia adalah orang PERTAMA yang diterima di Smala dari SMP ku. Itu pun menjadi penyemangatku agar setidaknya aku harus bisa mewakili SMP ku di Smala pula, seperti halnya kakak kelasku.


Dan akhirnya, keputusanku sudah bulat. Aku HARUS masuk Smala.

“SMA NEGERI 5 SURABAYA, YES!”


Sejak H-108 kucorat-coret dinding di kamarku dengan spidol marker warna silver dengan tulisan itu, di sisi dinding yang kulihat saat aku berada di atas tempat tidurku. Tulisan itu besar, mengandung arti yang besar pula. Saat akan tidur kupandangi terus tulisan itu, mencoba membayangkan diriku yang sudah diterima di Smala dengan seragam putih biru, mengenakan pin Smala, dsb. Pasti rasanya menyenangkan bila mimpiku itu terwujud.


Aku menelusuri perjalanan selama setahun di kelas IX dengan berbagai manis pahitnya kenangan, hingga akhirnya aku memulai nafas di H-30 UNAS. Mulai hari itu hingga saat UNAS, aku terus berjuang sebisa mungkin agar aku mampu meraih nilai yang bagus dengan USAHA SENDIRI dan bisa membahagiakan orang tua nantinya. Bahkan aku harus merasa bahwa aku memang berusaha lebih kuat daripada orang lain.
Mengapa?


Karena saat SD aku gagal membuat orang tuaku naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan sebagai 10 peraih nilai UASBN tertinggi se-SD. Aku ingin membayarnya saat SMP ini.


Intensif UNAS sudah kujalani, berbagai bimbel kuhadiri, les privat pun kuikuti. Pelajaran yang paling tidak kusukai, yaitu Fisika, kutekuni dengan sangat. Berpuasa senin-kamis, Tahajjud setiap malam, semua usaha yang bisa kulakukan telah kulakukan. AKU INGIN BERHASIL! HARUS!
* * *
Saat UNAS, alhamdulillah aku mengerjakan semuanya sendiri. Meskipun memang hampir semua siswa di SMP ku melakukan kecurangan saat UNAS, alhamdulillah aku tidak. Aku harus percaya dengan kemampuanku.


Telah tiba saat pengumuman hasil UNAS. Jantungku berdebar bukan main, aku grogi saat menunggu pengumuman itu. Dan pada pukul setengah 11, guru Matematika SMP ku mengirimiku SMS. Isinya?
DETARA NABILA P.
NEM: 37,35
IPA: 9,75 MAT: 9,00 B. INDO: 8,80 B. INGGRIS: 9,80

Sontak aku meloncat dan bersujud syukur, berteriak kepada orangtuaku dan aku pun menangis, usahaku tidak sia-sia rupanya. Keputusanku untuk tetap berada di jalan kejujuran memang berhasil. JUJUR = MAKMUR! Dan alhamdulillah, aku adalah pencapai Nilai Akhir terbaik di SMP ku, akhirnya orang tuaku bisa memberikan pidato saat pembagian raport dan ijazah sebagai wakil dari pencapai NA tertinggi se-SMP. Kini tinggal satu perjuangan lagi yang harus kutempuh: TES RSBI! Ya, satu langkah lagi untuk bisa bersekolah di Smala.


Aku berjuang mati-matian demi itu, setiap hari kulalui dengan belajar, belajar, dan belajar. Les, persiapan untuk TOEFL untuk meningkatkan kemampuan berbahasa inggris, dan juga: TRY OUT PERSIAPAN RSBI SMALA.


Saat TO itu, aku mendapat ranking yang lumayan buruk, tapi masih tidak berada di bawah. 512 dari 2000an peserta. Aku sempat agak down, karena melihat opponent2 dari Spensa, Spensix, Spega, dsb yang memang adalah sekolah unggulan. Bandingkan dengan aku yang dari SMP pinggiran!


Tapi aku tidak membiarkan hal itu berlarut2 terlalu lama, aku mengikuti pembahasan yang juga diadakan Smala, meningkatkan porsi belajar dan latihan soal. Aku harus bisa! Karena ini kebutuhan, bukan kemauan.


Selain itu, saat perjuanganku menempuh usaha agar bisa masuk di Smala pun didukung oleh kakak2 yang berada di Smala yang bahkan sebelumnya belum aku kenal. Aku masih ingat kata2nya, “Aku tunggu kamu di Smala, dek.” Bagaimana aku bisa mengecewakannya? Aku harus bisa membuat kakak2 yang sudah mendukungku percaya kalau aku memang mampu.
* * *
Saat tes. Aku agak merasa tidak PD, karena soal Matematikanya lumayan, aku mengerjakan hanya mengandalkan nalar dan logika untuk memecahkan soal yang aku tidak tahu. Bahasa Inggris alhamdulillah lancar, IPA juga lumayan. Kini, yang bisa kulakukan hanyalah berdoa, berdoa, dan berdoa.


H-1 pengumuman. Ada isu bahwa hasil tes RSBI sudah keluar. Aku hanya bisa berdoa, dan berusaha untuk tidak memikirkannya agar tidak nervous. Aku menonton DVD di kamar karena saat itu sekeluarga pergi ke supermarket, tetapi pada jam setengah 10 malam tiba2 teman baikku menelepon aku.
Aku: “Ya, halo?”
Teman: “Eciye, anak Smala.”
A: “Ha? Apaan?”
T: “Haduh anak Smala nih gayaaa~”
A: “Lhe…” *speechless
T: “CIYE KETERIMA DI SMALA. SELAMAT YAAA. TRAKTIRAN DUMS.”
A: “HA SUMPAH SERIUS?!”
T: “IYAAA! Coba liaten ta di PPDB lak ada. Aih, anak Smala. Udahan ya, bye~”
Aku langsung menangis. Menangis. Bersujud syukur. Menangis dan membayangkan bagaimana reaksi orang tuaku ketika mengetahui hal ini. Aku coba mengecek di PPDB dan ada. Namaku ada. NAMAKU TERTERA SEBAGAI SISWA YANG DITERIMA DI SMA NEGERI 5 SURABAYA.


Spontan, aku langsung menelepon ayahku. Reaksi ayahku adalah menangis pula, terharu. Akhirnya aku berhasil. Ya, aku berhasil! Aku berhasil mencapai ambisi terbesarku selama berada di kelas IX ini! Tak ada yang tak mungkin, aku bahkan bisa mengalahkan anak2 dari SMP unggulan itu! Aku jadi agak menyesal, mengapa aku sempat minder dari mereka? Alhamdulillah aku ternyata memiliki kemampuan lebih, sekolah asal tidak selalu menentukan tingkat intelejensia seseorang.
* * *
Saat aku berbaring di atas kasur, aku kembali melihat tulisan besar di dinding kamarku itu. Aku tersenyum tiada henti. Kemudian, aku memutuskan untuk sedikit ‘memodifikasi’ tulisan itu. Aku memanjat ke atas lemariku, melingkari tulisan ‘SMA NEGERI 5’ itu, mencoretnya sebagai tanda hal itu sudah tercapai, dan menuliskan sesuatu di bawah lingkaran itu. Aku menatap tulisanku itu lama, dan tersenyum, lalu beranjak tidur dan segera membayangkan bagaimana saat aku menginjakkan kakiku di Smala sebagai siswa untuk pertama kalinya.

SMA NEGERI 5 SURABAYA, YES! MISSION ACCOMPLISHED! NEXT MISSION: KETERIMA JALUR UNDANGAN! AMIN!”


Ditulis Oleh :
Detha Prastyphylia.

4 komentar: